31/03/16

Penjelasan Dan Silsilah Terbentuknya Masjid Pintu Seribu Tangerang

Masjid Pintu Seribu Tangerang

Anda tahu bangunan Lawang Sewu yang berada di kota Semarang bukan? Yang konon katanya kenapa diberikan julukan lawang sewu karena jumlah pintunya mencapai seribu. Atau mungkin mengenal dengan Masjid Seribu Tiang di Jambi.Nah, di Tangerang tepatnya di Kampung Bayur, Priuk, Tangerang juga ada bangunan yang mempunyai seribu pintu, namanya Masjid Seribu Pintu.
Image Source : tugaskab.blogspot.com
Mengingat Banten kala itu adalah merupakan pusat penyebaran agama Islam di ujung arat Pulau Jawa. Maka tak heran, potensi wisata Banten diera modern begitu didominasi wisata religi. Salah satunya adalah Masjid Pintu Seribu nama aslinya Masjid Nurul Yakin. Lokasinya di Kampung Bayur, Priuk Jaya, Jatiuwung, Kabupaten Tangerang, Banten. Cukup mudah dijangkau dengan mobil, hanya beberapa menit dari pusat Kota Tangerang.
Image Source : beritadaerah.co.id
Masjid ini dinamakan Masjid Seribu Pintu karena tidak ada yang tahu berapa jumlah sebenarnya pintu masjid ini. Bahkan, pengelola masjid pun tidak tahu persis berapa jumlah pintu yang ada. Karena mereka tidak pernah menghitung jumlah pintu yang ada di masjid itu. Didirikan sekitar tahun 1978. Pendirinya seorang warga keturunan Arab yang warga sekitar menyebutnya dengan Al-Faqir. Semua pembiayaan dia tanggung sendiri. Sebagai penghormatan, warga sekitar memberinya gelar Mahdi Hasan Al-Qudratillah Al-Muqoddam. Arsitektur tertentu. Ada pintu-pintu gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque, tetapi ada juga yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec.
Image Source : narastripper.com
Selain memiliki seribu pintu, di dalam ruang bawah tanah masjid ini ada tasbih raksasa yang terbuat dari kayu terpajang di salah satu sudut ruang berteralis besi. Ukuran masing-masing butir tasbihnya berdiameter 10 cm atau sekitar kepalan orang dewasa dan di 99 butir tasbih tersebut tertulis asma'ul Husna.
Image Source : jakartacorners.com
Di ujung lorong Masjid Pintu Seribu Tangerang ini terdapat ruangan panjang setengah terbuka untuk sembahyang berjamaah, zikir bersama dan kegiatan spiritual lainnya. Ada mimbar dan bedug tua dengan kentonganya di sama. Di sebelah kiri ruang ini ada makam putra pendiri Masjid Pintu Seribu, yang sering diziarahi para pengunjung.

Akses ke Masjid Pintu Seribu Tangerang melalui ujung Jl. Daan Mogot, lalu masuk ke Jl. Doktor Sitanala, melewati RS Kusta Sitanala, belok kekiri ke Jl. Jembatan Pintu Sepuluh, setelah lewat jembatan yang melintang Sungai Cisadane belok ke kanan, lalu masuk Jl. Sangego Raya (Bendungan Pintu Sepuluh ada di kanan), selanjutnya masuk ke Jl. Kedaung Barat – Cisadane.

Referensi dari berbagai macam sumber di www.google.com

28/03/16

Area Wisata Pantai Tanjung Pasir

Area wisata Pantai Tanjung Pasir di Kabupaten Tangerang , Tempat Wisata yang indah ini merupakan salah obyek wisata alam yang ada di kabupaten Tangerang yang bisa anda kunjungi jika saat anda berada di Tangerang. Lokasi wisata Pantai Tanjung Pasir sendiri berada di Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang. Pantai ini merupakan salah satu obyek wisata favorit bagi masyarakat di kawasan Tangerang dan sekitarnya. Sebab pantai ini memiliki keindahan alam yang menawan, selain itu dipantai ini anda juga dapat melihat pesawat take off dan landing.

Source : http://36.82.105.7/nusapedia
Hal yang menarik dari wisata pantai di Tangerang ini, meskipun berada di wilayah Tangerang dari tempat wisata pantai tanjung pasir anda bisa menyebrang ke kepulaun seribu. Ya jika dilihat dari segi geografis kepulauan seribu masuk wilayah jakarta, namun untuk pergi ke sana ternyata dari pantai tanjung pasir pun bisa. Malahan dengan melakukan perjalanan ke pulau seribu melalui rute tanjung pasir anda akan disuguhkan pemandangan yang indah, disepanjang jalan anda akan melihat jejeran pulau yang indah, ada yang pulau di huni oleh manusia maupun pulau yang sama sekali tidak di huni oleh manusia.

Jika anda ingin membedakan pulau mana yang ada penghuninya, anda bisa membedakannya dari adanya menara BTS atau tidak.Pulau terdekat dari pantai tanjung pasir adalah pulau untung jawa. Di pulau untung jawa anda dapat menikmati segarnya udara alami yang masih jauh dari pencemaran. Luasnya hutan bakau yang telah dilengkapi jembatan gantung,membuat eksotisnya daerah pulau untung jawa.

Pantai Tanjung Pasir ini dikelola oleh TNI AL bukan dari dinas pariwisata seperti kebanyakan tempat wisata lainnya, maka dari itu anda tidak perlu heran jika anda mengunjungi pantai ini dan pertama masuk digerbang pantai ada tulisan Posal TNI AL. 

Adapun fasilitas yang ada di pantai tanjung pasir, antara lain:

Areal Parkir yang Luas
Warung Makan (sea food)
Toilet/Kamar Mandi Bilas
Kapal motor menyebrang ke Pulau Untung Jawa di Kepulauan Seribu

Rute Menuju Tanjung Pasir:
Dari Tangerang kota ke arah bandara Soekarno-Hatta (Soetta) Jl. Surdharma kemudian terus ke arah utara, dan + 5 km menuju lokasi sudah ada petunjuk mengarah ke Tanjung Pasir ataupun dari arah cengkareng bisa mengambil rute ke arah Dadap kemudian kosambi terus kea rah teluknaga setelah itu sudah dapat petunjuk arah kembali ke area wisata tanjung pasir.

Tips Berwisata Sendiri Bersama Keluarga
Usahakan untuk membawa makanan dan minuman sendiri, karena makanan dan minuman di tempat wisata relatif diatas harga pasaran. Dan Sebaiknya jangan terlalu sore pulang dari tempat wisata, kecuali Anda memang ingin bermalam.

Demikianlah informasi seputar Area wisata Pantai Tanjung Pasir di Tangerang. Tempat wisata di Tangerang ini memang merupakan salah satu wisata unggulan yang selalu dipadati oleh pengunjung dari dalam dan luar daerah.

Sumber :
http://tangerangsehat.pedia.id/
http://tempatwisatadaerah.blogspot.co.id/

Asal-usul Bendungan Pintu Air Sepuluh Kota Tangerang

Bendungan Pintu Air Sepuluh Tangerang adalah nama populer Bendungan Pasar Baru Irigasi Cisadane atau Bendungan Sangego yang terletak di Kelurahan Koang Jaya, Kecamatan Karawaci, Tangerang. Untuk mencapainya saya melewati jembatan yang melintang di atas Sungai Cisadane, dan belok kanan. Bendungan ada di pojok kanan jalan yang berkelok ke arah kiri.

Image Source : osakawa.wordpress.com
Bendungan ini di bangun tahun 1928 dan mulai di oprasikan tahun 1928 dan mulai di oprasikan tahun 1932 di masa penjajahan Belanda.Bendungan tersebut mamapu mengairi +/-1.500 Ha sawah yang berada daerah kota dan kabupaten tangerang.Bendungan ini lebih di kenal dengan sebutan "bendungan pinta air sepuluh"atau"sangego".

Sungai Cisadane adalah salah satu sungai utama yang mengalir melewati Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat. Sungai itu merentang sepanjang sekitar 80 Km. Sumber air Sungai Cisadane berawal dari Gunung Salak – Pangrango di Kabupaten Bogor, dan mengalir sampai ke muaranya yang ada di Laut Jawa.

Image Source : jakarta.panduanwisata.id
Sesuai dengan nama julukan populernya, Bendungan Pintu Air Sepuluh Tangerang memiliki sepuluh buah pintu air yang lebarnya masing-masing sepuluh meter. Konon pemerintah Belanda sampai perlu mendatangkan para pekerja yang berasal dari kota Cirebon ketika membangun bendung ini. Bisa jadi karena di saat yang bersamaan ada banyak proyek yang sedang dikerjakan, sehingga jumlah tenaga kerja yang ada di sekitar lokasi sudah tidak lagi mencukupi kebutuhan.

Fungsi bangunan sebagai bendungan maka inti bangunan adalah untuk mengatur aliran air di sungai cisadane. Bangunannya terdapat 10 pintu air dari besi 11 tiang penopangnya, konstruksi terbuat dari beton bertulang, pada sisi utara dan selatan bangunan terdapat rel lori yang digunakan untuk mendistribusikan pintu air pengganti jika ada pintu air yang rusak.

Image Source : jakarta.panduanwisata.id
Bendung Pintu Sepuluh mudah dikunjungi menggunakan kendaraan pribadi. Dari Jakarta silakan ikuti rute menuju Tangerang lewat Jalan Tol Prof. Sedyatmo. Setelah keluar dari tol, belok kiri ke Jalan Marsekal Suryadarma dan kemudian masuk ke Jalan Dr. Sitanala. Dari sana Anda akan sampai di Jalan Jembatan Baru. Dari jembatan belok kanan ke Jalan Sangego Raya. Bendungan peninggalan Belanda yang Anda tuju tampak megah dari jalan tersebut.
Alamat:
Jalan Raya Sangego Kel. Koang Jaya Kec. Karawaci Kota Tangerang.

Referensi diambil dari berbagai macam sumber di www.google.com

Wisata Kota Tua Banten Lama

Image source: http://mixedupalready.com/
Tak hanya punya Pantai Anyer dan Pantai Carita saja, Banten juga masih menyimpan potensi wisata lainnya. Kota tua di Banten Lama ini bisa jadi pilihan bagi Anda warga Jakarta, Tangerang dan sekitarnya yang ingin menghabiskan akhir pekan. Ditempuh kurang lebih 2 jam dari Jakarta, Banten Lama dapat diakses dari pintu keluar tol Serang Timur. Tak jauh, hanya 11 km dari sana Anda akan berjumpa dengan kota tua ini.

Di sana, Anda bisa melihat sejumlah peninggalan kejayaan Kesultanan Banten. Beberapa di antaranya selalu ramai dikunjungi wisatawan yang hendak berziarah atau sekadar pelesiran. Sebut saja, ada Masjid Agung Banten, Keraton Surosowan, Benteng Spellwijk, dan Istana Kaibon. Salah satu yang unik dan menarik untuk dikunjungi di Banten Lama adalah Istana Kaibon. Istana Kaibon kini merupakan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah.
Image source: https://yuanika.wordpress.com/
Istana ini terletak di Kampung Kroya, Keluruhan Kasunyatan, Kecamatan Kasemen. Terhampar seluas 4 hektar, Namun sekarang istana ini hanya bersisa reruntuhannya saja. Konon pada 1832, Belanda menghancurkan bangunan ini karena Sultan Syaifudin menolak permintaan untuk melanjutkan pembangunan Jalan Raya Anyer — Panarukan.

Istana Kaibon merupakan bangunan yang dibangun untuk Ratu Aisyah. Ia adalah Ibunda Sultan Maulana Rafiudin yang merupakan Sultan Banten ke-21. Jika Anda berkunjung ke sini, Anda dapat melihat reruntuhan bangunan yang terdiri dari batu bata merah. Bangunan lain yang tersisa adalah gerbang setinggi 2 meter yang masih utuh di bagian depan istana. Gerbang itu dikenal juga sebagai gerbang bersayap karena menghubungkan pintu masuk dengan ruangan utama Istana Kaibon.
Images source: http://travel.detik.com
Di depan gerbang, terdapat sebuah kanal yang di sisinya ditumbuhi pohon besar. Pohon tersebut memiliki akar besar yang kerap digunakan anak warga sekitar bermain. Bagian dalam istana yang luas juga sering dimanfaatkan warga sekitar untuk berolahraga.

Istana ini sangat cocok dikunjungi saat sore hari saat cuaca sudah teduh. Anda bisa menikmati bersantai, sambil tetap menjaga kelestarian cagar budaya di Banten ini.

Sumber: http://tangerangnews.com/wisata/read/17318/Berakhir-Pekan-di-Kota-Tua-Banten-Lama

24/03/16

Sejarah Terbentuknya Tangerang

Dahulu kala nama Tangerang adalah Tanggeran Menurut sumber berita tidak tertulis yang menjadi pengetahuan masyarakat Tangerang, nama daerah Tangerang dulu dikenal dengan sebutan Tanggeran yang berasal dari bahasa Sunda yaitu tengger dan perang. Kata “tengger” dalam bahasa Sunda memiliki arti “tanda” yaitu berupa sebuah tugu yang didirikan sebagai tanda batas wilayah kekuasaan Banten dan VOC pada waktu itu. Oleh sebab itu, ada pula yang menyebut Tangerang berasal dari kata Tanggeran.

Source Gambar : tangerangwalikota.wordpress.com

Daerah yang dimaksud berada di bagian sebelah barat Sungai Cisadane (Kampung Grendeng atau tepatnya di ujung jalan Otto Iskandar Dinata sekarang). Tugu tersebut dibangun oleh Pangeran Soegiri, salah satu putra Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tugu tersebut tertulis prasasti dalam huruf Arab gundul dengan dialek Banten, yang isinya sebagai berikut:

Bismillah peget Ingkang Gusti
Diningsun juput parenah kala Sabtu
Ping Gasal Sapar Tahun Wau
Rengsena Perang nelek Nangeran
Bungas wetan Cipamugas kilen Cidurian
Sakebeh Angraksa Sitingsung Parahyang-Titi

Terjemahan dalam bahasa Indonesia :

Dengan nama Allah tetap Maha Kuasa
Dari kami mengambil kesempatan pada hari Sabtu
Tanggal 5 Sapar Tahun Wau Sesudah perang kita memancangkan Tugu
Untuk mempertahankan batas Timur Cipamugas (Cisadane) dan Barat yaitu Cidurian Semua menjaga tanah kaum Parahyang

Sedangkan istilah “perang” menunjuk pengertian bahwa daerah tersebut dalam perjalanan sejarah menjadi medan perang antara Kasultanan Banten dengan tentara VOC. Hal ini makin dibuktikan dengan adanya keberadaan benteng pertahanan kasultanan Banten di sebelah barat Cisadane dan benteng pertahanan VOC di sebelah Timur Cisadane. Keberadaan benteng tersebut juga menjadi dasar bagi sebutan daerah sekitarnya (Tangerang) sebagai daerah Benteng. Hingga masa pemerintahan kolonial, Tangerang lebih lazim disebut dengan istilah “Benteng”.

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sekitar tahun 1652, benteng pertahanan kasultanan Banten didirikan oleh tiga maulana (Yudhanegara, Wangsakara dan Santika) yang diangkat oleh penguasa Banten. Mereka mendirikan pusat pemerintahan kemaulanaan sekaligus menjadi pusat perlawanan terhadap VOC di daerah Tigaraksa. Sebutan Tigaraksa, diambil dari sebutan kehormatan kepada tiga maulana sebagai tiga pimpinan (tiga tiang/pemimpin). Mereka mendapat mandat dari Sultan Agung Tirtoyoso (1651-1680) melawan VOC yang mencoba menerapkan monopoli dagang yang merugikan Kesultanan Banten. Namun, dalam pertempuran melawan VOC, ketiga maulana tersebut berturut-turut gugur satu persatu.

Perubahan sebutan Tangeran menjadi Tangerang terjadi pada masa daerah Tangeran mulai dikuasai oleh VOC yaitu sejak ditandatangani perjanjian antara Sultan Haji dan VOC pada tanggal 17 April 1684. Daerah Tangerang seluruhnya masuk kekuasaan Belanda. Tentara kompeni yang berasal dari Makasar tidak mengenal huruf mati, dan terbiasa menyebut “Tangeran” dengan “Tangerang”. Kesalahan ejaan dan dialek inilah yang diwariskan hingga kini.

Sebutan “Tangerang” menjadi resmi pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945. Pemerintah Jepang melakukan pemindahan pusat pemerintahan Jakarta (Jakarta Ken) ke Tangerang yang dipimpin oleh Kentyo M Atik Soeardi dengan pangkat Tihoo Nito Gyoosieken seperti termuat dalam Po No. 34/2604. Terkait pemindahan Jakarta Ken Yaskusyo ke Tangerang tersebut, Panitia Hari Jadi Kabupaten Tangerang kemudian menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahir pemerintahan Tangerang yaitu pada tanggal 27 Desember 1943. Selanjutnya penetapan ini dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984.

Dalam masa-masa proklamasi, telah terjadi beberpa peristiwa besar yang melibatkan tentara dan rakyat Kabupaten Tangerang dengan pasukan Jepang dan Belanda, yaitu Pertempuran Lengkong dan Pertempuran Serpong.

Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Tangerang sebagai daerah lintasan dan berdekatan dengan Ibukota Negara Jakarta melesat pesat. Apalagi setelah diterbitkannya Inpres No.13 Tahun 1976 tentang pengembangan Jabotabek, di mana kabupaten Tangerang menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta.

Tanggal 28 Pebruari 1993 terbit UU No. 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Berdasarkan UU ini wilayah Kota Administratif Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.

Akhirnya, pada awal tahun 2000, pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang pun di pindahkan Bupati H. Agus Djunara ke Ibukota Tigaraksa. Pemindahan ini dinilai strategis dalam upaya memajukan daerah karena bertepatan dengan penerapan otonomi daerah, diberlakukannya perimbangan keuangan pusat dan daerah, adanya revisi pajak dan retribusi daerah, serta terbentuknya Propinsi Banten.

Sumber Referensi :
https://id.wikipedia.org
http://ozzychastello.blogspot.co.id